Asmi_part1
Februari 02, 2012"Kau terlihat lebih kurus sekarang.." Katanya pada seorang wanita yang baru beberapa menit sampai di beranda rumahnya.
"Baik-baik saja kah?" Tanyanya yang hanya dibalas senyum oleh tamu istimewanya itu.
Mereka beranjak menuju kursi, lalu duduk di kursi rotan yang masih sama seperti saat wanita itu pergi beberapa bulan lalu.
"Aku baik-baik saja koq, Bang." Jawab wanita itu akhirnya sambil meletakkan tas yang cukup besar di lantai kayu rumah itu.
"Ibu mana, Bang?" Tanya wanita itu cepat.
"Sedang ke rumah Wa Ihsan, katanya sih cuma sebentar." Jawab Adrian, orang yang dipanggil Bang sedari tadi itu.
"Oh.." Jawab wanita itu pendek. Lalu mengedarkan pandangannya ke seantero beranda. Dan tersenyum. Ia merasa kerinduannya tertunaikan, karena sudah sejak lama ia ingin pulang ke rumah ini.
"Sebentar, Abang panggilkan Istri Abang dulu, dia masih nyuci dibelakang" Adrian, laki-laki berwajah gembal itu bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam rumah.
"Mi...., kemana saja ai kamu....?? Teteh kangen pisan...." Ucap seorang wanita berusia tigapuluh-an sambil membawa secangkir gelas, dan setoples kue Semprong. Lalu meletakkannya di atas meja kayu.
"Sama teh, aku juga kangen..." Dia tersenyum, bangkit, mencium tangan Kakak ipar sepupu perempuannya itu.
"Iya... katanya sampe kebawa mimpi lhooh...tetehmu ini pengen ketemu sama kamu..." Ujar Adrian yang mengamati mereka dengan bangga.
"Iya... Maaf ya.. Teh Uci... Asmi baru kesini....soalnya baru ada waktu buat istirahat... hehehe" Ucapnya setelah memeluk dan mengelus perut Uci, istri Adiran. Ya, Uci memang sedang mengandung. Kira-kira usianya baru 5 bulan.
"Sendirian kesini nya?" Tanya Uci, ketika mereka kembali duduk.
Asmi mengangguk. "Biasanya kan juga sendirian, teh.." Ia tergelak sendiri.
Uci dan Adrian berpandangan, penuh iba.
"Ih... kenapa sih, pada kayak gitu bertatapannya? Aneh!" Tanya Asmi tanpa memerlukan jawaban.
"Kuliah lancar?" Tanya Uci kemudian. "Ahaha. dilancar-lancarin aja teh.. hehehe" Asmi mulai ngocol.
"Masih kerja di Yayasan itu?" Adrian kini yang bertanya.
"Masih.." Jawab Asmi sambil menarik satu semprong dari toples.
Uci dan Adrian bertatapan lagi. Asmi ngeh maksud tatapan aneh mereka itu.
"Hm.... tenang aja Bang, Teh.. Everything is gonna be Oreg! eh, Allright. krakks". Jawab Asmi sambil giginya aktif merampungkan kuenya. Ah, pasti mereka masih menghawatirkan nasib batinnya. Bisik Asmi dalam hati.
"Oia... ini ada undangan." Kue semprong dimulutnya sudah tertelan semua dengan selamat.
Asmi mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
Sebuah Kertas unik bermotif cokelat penuh hiasan. Indah sekali.
Lalu Asmi memberikannya pada Adrian.
Sudah bisa ditebak itu apa, Surat undangan.
Pernikahan?
Adrian tercenung, kemudian menatap istrinya, membuat Uci penasaran ingin melihat undangan siapa gerangan. Kini surat itu ada di tangan Uci, Uci sama tercenungnya.
Adrian menatap Uci, Uci menatap Asmi. Asmi? Ia sedang menatap langit senja yang terlihat indah dari beranda itu.
Tapi tatapan Asmi kosong.
Adrian menelan ludah, Uci menaruh kertas itu diatas meja.
*** bersambung ah, cape ngetiknya, haha -Djayanti Nakhla Andonesi***
0 komentar