Waktu itu tanggal 15 November, tahun 2015. Pas weekend. Saya dan keluarga hang-out. Enggak jauh-jauh. Wisata religi ke Masjid Agung Karawang. Mengenalkan putri kami yang baru setahunan, pada Masjid.
Ketika kami sedang menikmati suasana sore di teras Masjid, tiba-tiba ada seorang pria yang cukup sepuh.
Dia menghampiri kami. Langkahnya nampak lelah. Namun semangat masih terasa memancar di sekujur jiwanya.
Hingga tak heran, ia mengucapkan salam dengan penuh energi.
Kami menjawab salamnya.
Kemudian ia duduk di depan kami. Dia memperkenalkan diri. Suaranya yang cukup parau dimakan usia, tak membuatnya minder.
"Neng, Jang, aki teh penjualan ieu, kerajinan tangan." Katanya sambil menaruh ketiga benda yang sedari tadi dipegangnya.
"Oh, celengan nya, Ki?" Tanya suami antusias.
Ketika kami sedang menikmati suasana sore di teras Masjid, tiba-tiba ada seorang pria yang cukup sepuh.
Dia menghampiri kami. Langkahnya nampak lelah. Namun semangat masih terasa memancar di sekujur jiwanya.
Hingga tak heran, ia mengucapkan salam dengan penuh energi.
Kami menjawab salamnya.
Kemudian ia duduk di depan kami. Dia memperkenalkan diri. Suaranya yang cukup parau dimakan usia, tak membuatnya minder.
"Neng, Jang, aki teh penjualan ieu, kerajinan tangan." Katanya sambil menaruh ketiga benda yang sedari tadi dipegangnya.
"Oh, celengan nya, Ki?" Tanya suami antusias.