Images from here |
Apa maksud judul postingan ini? Emangnya pikiran dan hati bisa 4G? Hihi, bisa lah. Tapi, bukan 4G seperti 4Gnya sinyal gadget, ya.
Maksud saya, 4G di sini adalah ; Galau, Gundah, Gelisah, Gondok.
Yup. Bila pikiran dan hati sinyalnya sedang mengalami salah satu atau bahkan semua dari 4G yang sudah disebutkan di atas, berarti kita sedang dalam keadaan gawat darurat. Harus ada penanganan yang tepat. Agar sinyal 4G di hati itu bisa segera hilang. Kalau gadget dapat sinyal 4G sih enak ya, lah kalau pikiran dan hati yang sedang bersinyal 4G? alamak! Capek, lah.
Penyebab pikiran dan hati bersinyal 4G ini macam-macam. Namun intinya adalah apa yang harus kita lakukan alias penanganan apa yang sepatutnya kita perbuat untuk mengatasi 4G hati ini?
sumber foto : sayangi.com |
Ada banyak cara untuk mengkonsumsinya, tergantung khasiat apa yang diinginkan. Mulai dari langsung diminum sampai dipakai untuk mandi.
Mandi madu? Hm, pasti sebagian sudah tahu ya, bagaimana khasiat madu bagi kesehatan kita, termasuk kesehatan kulit tentunya.
Berikut kita uraikan 7 manfaat mandi madu ya, dears.
Judul buku : Samurai Kazegatana (Pedang Angin)
Penulis : Ichirou Yukiyama
Penerbit : Penerbit Qanita
Tahun terbit : cetakan 1, 2009
Tebal buku : 352 halaman.
Penulis : Ichirou Yukiyama
Penerbit : Penerbit Qanita
Tahun terbit : cetakan 1, 2009
Tebal buku : 352 halaman.
sumber foto : Koleksi pribadi
Pada zaman feodal Jepang, perang sering berkecamuk di antara para daimyou yang berebut kekuasaan dan wilayah. Banyak kelompok yang
“Hati kadang sedih kalau inget itu.” Gadis itu membuka obrolan.
“Sedih kenapa? inget apa?” tanyaku yang belum sempat kutanyakan. Tapi langsung dia jelaskan.
“Dulu dia dekeeeeet banget sama aku. Tapi pas dia mau nikah, koq aku agak-agak gimanaa gitu.”
“Agak-agak gitu gimana?” tanyaku belum paham.
Kau tahu, bahwa kita sebagai manusia, dilahirkan dengan keunikan masing-masing. Tak mungkin ada orang yang persis sama, bahkan kembar identik sekalipun. Silakan cek saja.
Dan
saya, walaubagaimana pun keadaan saya, selalu percaya diri sebagai diri saya sendiri.
Saya pun tak pernah ngotot untuk menyama-nyamakan orang lain. Karena, jujur saya sendiri tak pernah setuju disama-samakan dengan orang lain, hehe. Sekalipun, misalnya, saya dibilang mirip Pretty Shinta, *pret banget iya :D* atau ada yang bilang saya mirip Nabila Syakieb *kalau diliat dari ujung monas, pake sedotan es :p*, saya tetap tidak mau disamakan.
saya, walaubagaimana pun keadaan saya, selalu percaya diri sebagai diri saya sendiri.
Saya pun tak pernah ngotot untuk menyama-nyamakan orang lain. Karena, jujur saya sendiri tak pernah setuju disama-samakan dengan orang lain, hehe. Sekalipun, misalnya, saya dibilang mirip Pretty Shinta, *pret banget iya :D* atau ada yang bilang saya mirip Nabila Syakieb *kalau diliat dari ujung monas, pake sedotan es :p*, saya tetap tidak mau disamakan.
Jadi, ketika ada orang baru di komunitas (untuk tak terlalu menyebutnya pabrik, LoL) yang saya geluti, yang kemudian teman-teman (sebagian sih) heboh menyama-nyamakannya dengan saya atau menyama-nyamakan saya dengannya, saya tegas menolak kesamaan itu.
Saya lebih senang disebut seperti ibu saya. Atau saya lebih senang kalau ‘pengganti’ saya adalah anak saya, bukan orang lain.
Saya sangat menghormati perbedaan, jadi saya tak suka bila ada yang memaksakan seseorang harus sama dengan saya, atau saya harus sama dengan orang lain.
Saya percaya diri dengan diri saya sendiri (mudah-mudahan tidak overdosis rasa pede-nya :p ).
Saya bangga jadi diri saya sendiri, bukan jadi ‘plagiat’ orang lain.
Saya bangga jadi diri saya sendiri, bukan jadi ‘plagiat’ orang lain.
See, stop menyama-nyamakan saya dengannya. #Eaaaaa
Demikian. So, guys… ‘selamilah’ dulu perasaan orang lain, sekalipun hal yang dianggap sepele, sebelum ngotot mengajukan pendapat yang berhubungan dengan orang lain itu.
^^
@Ruko sebuah Pempek
Jln. Niaga, Karawang
@Ruko sebuah Pempek
Jln. Niaga, Karawang
*Tulisan ini pindahan dari blog lama ku tanggal 29-10-15 :) #EdisiRekap
Tulisan ini adalah tulisan pindahan dari blog lama ku :)
Walau memang sekarang sudah dibenahi jalanya dengan memberi 'akses' masuk baru, serta sekat antara kanan-kiri ke arah jembatan layang sehingga sebagian kendaraan diharuskan untuk berputar arah di bundaran di bawah jembatan layang tersebut. Namun, terkadang memang ada yang memaksa lewat jalan lama sebelahnya, hehe.
Jadi, tulisan ini masih agak relevan ya :)
Walau memang sekarang sudah dibenahi jalanya dengan memberi 'akses' masuk baru, serta sekat antara kanan-kiri ke arah jembatan layang sehingga sebagian kendaraan diharuskan untuk berputar arah di bundaran di bawah jembatan layang tersebut. Namun, terkadang memang ada yang memaksa lewat jalan lama sebelahnya, hehe.
Jadi, tulisan ini masih agak relevan ya :)
Macet, siapa coba yang menginginkannya? Jelas, tidak ada. Apalagi sampai berjam-jam. Yang membuat jadwal sampai di suatu tempat menjadi molor, dan menambah pegal selama perjalanan, terlebih bagi pengendara motor, tentu saja. Aduh,sudah pasti tak ada yang mengharapkannya.
Tapi anehnya,
Detik berganti Menit. Menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, hingga akhirnya bulan berganti tahun.
Dalam pergantian-pergantian itu, mestinya kita belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tentunya bukan lebih baik dengan membanding-bandingkan diri dengan orang lain, dan atau justeru akhirnya merasa paling baik sendiri. Bukan. Bukan itu maksudnya.
Harusnya, pada pergantian-pergantian waktu itu bisa menjadi momentum untuk ku, untuk kita semua, bahwa hidup di dunia ini tidaklah langgeng. Akan ada masanya kita berhenti bernafas. Akan ada masanya kita tak lagi bisa menikmati karunia-karunia yang telah Allah berikan pada kita selama kita hidup ini.
Lalu, apa yang harus kita lakukan dengan momentum pergantian-pergantian waktu yang setiap saat terjadi itu? Ya, sudah seyogyanya kita 'tak jadi keledai'. Yang jatuh di lubang yang sama. Yang tak belajar dari kesalahan di masa lampau.
Kita, manusia, memang telah dinobatkan menjadi makhluk yang hilap dan pelupa.
Tapi, tak selamanya waktu kita bernafas kita dalam keadaan tidak sadar, bukan? Maka, alangkah eloknya jika dalam keadaan sadar itulah kita semaksimal mungkin untuk berbenah diri. Bukan, bukan untuk dipuji orang lain. Bukan, bukan untuk mendapatkan penghargaan nobel dari orang lain. Melainkan agar kita lebih menghormati dan bertanggungjawab pada yang telah memberikan kita hidup segratis ini, yakni Allah SWT.
Ya, aku pernah jadi keledai, yang tak juga belajar untuk memperbaiki kesalahan. Maka, pada momentum kali ini, aku mengajak diriku sendiri untuk stop menjadi keledai. Karena, aku tahu, esok belum tentu aku masih hidup untuk memperbaikinya. Belum tentu menit selanjutnya aku masih bisa berleha-leha untuk menghindar dari tanggung jawabku sebagai makhluk Tuhan yang telah diberi banyak anugerah dan nikmat dariNya.
Yassalam …
Maafkan… karena aku ini lemah, tak punya daya dan upaya melainkan dengan upaya dan kekuatanMu, tapi sering kali sombong dengan menganggap bahwa usia dan karunia yang Kau titipkan ini masihlah lama untuk ku kembalikan.
Yassalam …
Maafkan… karena aku ini hina, tapi masih juga malas untuk ‘membersihkan diri’ dari dosa dan maksiat yang telah kuperbuat.
Yassalam …
Maafkan… karena aku ini tak tahu apa-apa, tapi masih juga belagu untuk melakukan hal-hal dalam hidup tanpa petunjuk-Mu.
Yassalam …
Maafkan… karena aku ini rendah, tapi masih juga merasa tinggi untuk sering-sering sujud di hadapanMu.
Yassalam … izinkan, izinkanlah aku menjadi bagian dari cinta-Mu. Izinkanlah aku menjadi golongan hamba-hamba yang bertaubat dan istiqomat di jalan-Mu. Izinkanlah aku menjadi makhluk yang Engkau ridhoi…. Aamiin.
Dalam pergantian-pergantian itu, mestinya kita belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tentunya bukan lebih baik dengan membanding-bandingkan diri dengan orang lain, dan atau justeru akhirnya merasa paling baik sendiri. Bukan. Bukan itu maksudnya.
Harusnya, pada pergantian-pergantian waktu itu bisa menjadi momentum untuk ku, untuk kita semua, bahwa hidup di dunia ini tidaklah langgeng. Akan ada masanya kita berhenti bernafas. Akan ada masanya kita tak lagi bisa menikmati karunia-karunia yang telah Allah berikan pada kita selama kita hidup ini.
Lalu, apa yang harus kita lakukan dengan momentum pergantian-pergantian waktu yang setiap saat terjadi itu? Ya, sudah seyogyanya kita 'tak jadi keledai'. Yang jatuh di lubang yang sama. Yang tak belajar dari kesalahan di masa lampau.
Sumber gambar: orangefloat.flies.wordpress.com |
Kita, manusia, memang telah dinobatkan menjadi makhluk yang hilap dan pelupa.
Tapi, tak selamanya waktu kita bernafas kita dalam keadaan tidak sadar, bukan? Maka, alangkah eloknya jika dalam keadaan sadar itulah kita semaksimal mungkin untuk berbenah diri. Bukan, bukan untuk dipuji orang lain. Bukan, bukan untuk mendapatkan penghargaan nobel dari orang lain. Melainkan agar kita lebih menghormati dan bertanggungjawab pada yang telah memberikan kita hidup segratis ini, yakni Allah SWT.
Ya, aku pernah jadi keledai, yang tak juga belajar untuk memperbaiki kesalahan. Maka, pada momentum kali ini, aku mengajak diriku sendiri untuk stop menjadi keledai. Karena, aku tahu, esok belum tentu aku masih hidup untuk memperbaikinya. Belum tentu menit selanjutnya aku masih bisa berleha-leha untuk menghindar dari tanggung jawabku sebagai makhluk Tuhan yang telah diberi banyak anugerah dan nikmat dariNya.
Yassalam …
Maafkan… karena aku ini lemah, tak punya daya dan upaya melainkan dengan upaya dan kekuatanMu, tapi sering kali sombong dengan menganggap bahwa usia dan karunia yang Kau titipkan ini masihlah lama untuk ku kembalikan.
Yassalam …
Maafkan… karena aku ini hina, tapi masih juga malas untuk ‘membersihkan diri’ dari dosa dan maksiat yang telah kuperbuat.
Yassalam …
Maafkan… karena aku ini tak tahu apa-apa, tapi masih juga belagu untuk melakukan hal-hal dalam hidup tanpa petunjuk-Mu.
Yassalam …
Maafkan… karena aku ini rendah, tapi masih juga merasa tinggi untuk sering-sering sujud di hadapanMu.
Yassalam … izinkan, izinkanlah aku menjadi bagian dari cinta-Mu. Izinkanlah aku menjadi golongan hamba-hamba yang bertaubat dan istiqomat di jalan-Mu. Izinkanlah aku menjadi makhluk yang Engkau ridhoi…. Aamiin.
Salam,
Djayanti Nakhla Andonesi
Satu satu dua kosong satu tujuh
Di Kamojing