Detik berganti Menit. Menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, hingga akhirnya bulan berganti tahun.
Dalam pergantian-pergantian itu, mestinya kita belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tentunya bukan lebih baik dengan membanding-bandingkan diri dengan orang lain, dan atau justeru akhirnya merasa paling baik sendiri. Bukan. Bukan itu maksudnya.
Harusnya, pada pergantian-pergantian waktu itu bisa menjadi momentum untuk ku, untuk kita semua, bahwa hidup di dunia ini tidaklah langgeng. Akan ada masanya kita berhenti bernafas. Akan ada masanya kita tak lagi bisa menikmati karunia-karunia yang telah Allah berikan pada kita selama kita hidup ini.
Lalu, apa yang harus kita lakukan dengan momentum pergantian-pergantian waktu yang setiap saat terjadi itu? Ya, sudah seyogyanya kita 'tak jadi keledai'. Yang jatuh di lubang yang sama. Yang tak belajar dari kesalahan di masa lampau.
Kita, manusia, memang telah dinobatkan menjadi makhluk yang hilap dan pelupa.
Tapi, tak selamanya waktu kita bernafas kita dalam keadaan tidak sadar, bukan? Maka, alangkah eloknya jika dalam keadaan sadar itulah kita semaksimal mungkin untuk berbenah diri. Bukan, bukan untuk dipuji orang lain. Bukan, bukan untuk mendapatkan penghargaan nobel dari orang lain. Melainkan agar kita lebih menghormati dan bertanggungjawab pada yang telah memberikan kita hidup segratis ini, yakni Allah SWT.
Ya, aku pernah jadi keledai, yang tak juga belajar untuk memperbaiki kesalahan. Maka, pada momentum kali ini, aku mengajak diriku sendiri untuk stop menjadi keledai. Karena, aku tahu, esok belum tentu aku masih hidup untuk memperbaikinya. Belum tentu menit selanjutnya aku masih bisa berleha-leha untuk menghindar dari tanggung jawabku sebagai makhluk Tuhan yang telah diberi banyak anugerah dan nikmat dariNya.
Yassalam …
Maafkan… karena aku ini lemah, tak punya daya dan upaya melainkan dengan upaya dan kekuatanMu, tapi sering kali sombong dengan menganggap bahwa usia dan karunia yang Kau titipkan ini masihlah lama untuk ku kembalikan.
Yassalam …
Maafkan… karena aku ini hina, tapi masih juga malas untuk ‘membersihkan diri’ dari dosa dan maksiat yang telah kuperbuat.
Yassalam …
Maafkan… karena aku ini tak tahu apa-apa, tapi masih juga belagu untuk melakukan hal-hal dalam hidup tanpa petunjuk-Mu.
Yassalam …
Maafkan… karena aku ini rendah, tapi masih juga merasa tinggi untuk sering-sering sujud di hadapanMu.
Yassalam … izinkan, izinkanlah aku menjadi bagian dari cinta-Mu. Izinkanlah aku menjadi golongan hamba-hamba yang bertaubat dan istiqomat di jalan-Mu. Izinkanlah aku menjadi makhluk yang Engkau ridhoi…. Aamiin.
Dalam pergantian-pergantian itu, mestinya kita belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tentunya bukan lebih baik dengan membanding-bandingkan diri dengan orang lain, dan atau justeru akhirnya merasa paling baik sendiri. Bukan. Bukan itu maksudnya.
Harusnya, pada pergantian-pergantian waktu itu bisa menjadi momentum untuk ku, untuk kita semua, bahwa hidup di dunia ini tidaklah langgeng. Akan ada masanya kita berhenti bernafas. Akan ada masanya kita tak lagi bisa menikmati karunia-karunia yang telah Allah berikan pada kita selama kita hidup ini.
Lalu, apa yang harus kita lakukan dengan momentum pergantian-pergantian waktu yang setiap saat terjadi itu? Ya, sudah seyogyanya kita 'tak jadi keledai'. Yang jatuh di lubang yang sama. Yang tak belajar dari kesalahan di masa lampau.
Sumber gambar: orangefloat.flies.wordpress.com |
Kita, manusia, memang telah dinobatkan menjadi makhluk yang hilap dan pelupa.
Tapi, tak selamanya waktu kita bernafas kita dalam keadaan tidak sadar, bukan? Maka, alangkah eloknya jika dalam keadaan sadar itulah kita semaksimal mungkin untuk berbenah diri. Bukan, bukan untuk dipuji orang lain. Bukan, bukan untuk mendapatkan penghargaan nobel dari orang lain. Melainkan agar kita lebih menghormati dan bertanggungjawab pada yang telah memberikan kita hidup segratis ini, yakni Allah SWT.
Ya, aku pernah jadi keledai, yang tak juga belajar untuk memperbaiki kesalahan. Maka, pada momentum kali ini, aku mengajak diriku sendiri untuk stop menjadi keledai. Karena, aku tahu, esok belum tentu aku masih hidup untuk memperbaikinya. Belum tentu menit selanjutnya aku masih bisa berleha-leha untuk menghindar dari tanggung jawabku sebagai makhluk Tuhan yang telah diberi banyak anugerah dan nikmat dariNya.
Yassalam …
Maafkan… karena aku ini lemah, tak punya daya dan upaya melainkan dengan upaya dan kekuatanMu, tapi sering kali sombong dengan menganggap bahwa usia dan karunia yang Kau titipkan ini masihlah lama untuk ku kembalikan.
Yassalam …
Maafkan… karena aku ini hina, tapi masih juga malas untuk ‘membersihkan diri’ dari dosa dan maksiat yang telah kuperbuat.
Yassalam …
Maafkan… karena aku ini tak tahu apa-apa, tapi masih juga belagu untuk melakukan hal-hal dalam hidup tanpa petunjuk-Mu.
Yassalam …
Maafkan… karena aku ini rendah, tapi masih juga merasa tinggi untuk sering-sering sujud di hadapanMu.
Yassalam … izinkan, izinkanlah aku menjadi bagian dari cinta-Mu. Izinkanlah aku menjadi golongan hamba-hamba yang bertaubat dan istiqomat di jalan-Mu. Izinkanlah aku menjadi makhluk yang Engkau ridhoi…. Aamiin.
Salam,
Djayanti Nakhla Andonesi
Satu satu dua kosong satu tujuh
Di Kamojing